Tragedi Trisakti 12 Mei 1998: Demonstrasi yang Gugurkan 4 Mahasiswa

Tragedi Trisakti 12 Mei 1998: Demonstrasi yang Gugurkan 4 Mahasiswa

Sudah 24 tahun berlalu, tetapi tragedi Trisakti masih akan terus diingat sampai hari ini. Di bawah ini akan dijelaskan sekilas terkait tragedi Trisakti.

Tanggal 12 Mei setiap tahunnya masyarakat Indonesia mengenang sebuah tragedi yang mengubah pemerintahan Indonesia, yakni tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei 1998.

Tahun 1998 merupakan tahun yang kelabu bagi pemerintahan Indonesia. Pasalnya pada saat itu terjadi demo besar-besaran karena ketakpuasan masyarakat terhadap rezim orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Kala itu mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut turunnya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Masyarakat menilai rezim orde baru telah melakukan kegiatan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang menyengsarakan rakyat, hingga Indonesia pada saat itu terjerat dalam krisis moneter yang mengakibatkan harga berbagai kebutuhan pokok melambung tinggi.

Berdasarkan alasan-alasan itulah mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia serta berbagai elemen masyarakat turun langsung ke jalanan melakukan demonstrasi untuk menuntut lengsernya Presiden Soeharto dari jabatan yang sudah di embannya selama 32 tahun.

Penyebab Tragedi 1998

Momentum tragedi 1998 bermula dari krisis ekonomi di Indonesia yang dipengaruhi krisia finansial Asia pada tahun 1997-1999. Saat itu masyarakat resah terhadap pemerintah yang tidak demokratis dan otoriter. Pemerintah juga tidak terbuka dengan aspirasi dari masyarakat.

Oleh sebab itu, selain krisis ekonomi, masyarakat juga krisis kepercayaan dan krisis hukum pada pemerintah. Masyarakat pun akhirnya muak atas keadaan yang terjadi, dan bersama dengan mahasiswa yang prodemokrasi melakukan aksi demo besar-besaran pada bulan Mei 1998 untuk menuntut reformasi DILANSIR DARI https://www.smkn5-tng.com/

Kronologi Kejadian Tragedi Trisakti

Masyarakat sipil beserta mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk mahasiswa dari Universitas Trisakti, turun ke jalan untuk menuntut Presiden Soeharto melepas jabatannya sebagai presiden karena dianggap sudah gagal memimpin Indonesia hingga menyebabkan negara ini terjerembap dalam kemiskinan.

Namun ditengah demo besar-besaran tersebut terjadi sebuah kejadian tragis yang memilukan. Empat orang mahasiswa dari Universitas Trisakti tewas tertembak akibat dari keganasan aparat yang berjaga pada aksi demonstrasi tersebut.

Empat orang mahasiswa Universitas Trisakti tersebut diketahui bernama Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur), Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil), Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri), dan Hendriawan (Fakultas Ekonomi). Masing-masing korban mengalami luka tembak di kepala, punggung, dan pinggang.

Selain empat orang korban dari mahasiswa Universitas Trisakti, terdapat dua korban tewas lainnya yang merupakan masyarakat sipil atas nama Vero dan Alan Mulyadi.

Kekejaman yang dilakukan oleh aparat tersebut sontak membuat seluruh mahasiswa dan masyarakat sipil yang mengikuti demonstrasi tersebut semakin marah dan bertindak anarkis hingga mendatangkan massa dengan jumlah lebih banyak lagi.

Puncak dari acara demonstrasi ini terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden setelah mahasiswa berhasil menempati Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Senayan, Jakarta.

Mahasiswa dan masyarakat pun bersorak karena berhasil melawan dan meruntuhkan kekuasaan Soeharto selama 32 tahun yang banyak menyengsarakan rakyat karena kegiatan KKN yang dilakukan oknum pemerintahan tersebut.